Kenapa menikah?

Hari ini gw sempet bingung mau nulis apa, sempat terpikirkan ingin menuliskan tentang film documenter Asimetris yang minggu lalu gw tonton di Kapal Rainbow Warrior. Namun tiba-tiba sekelibat lewat di pikiran gw mengenai fenomena Menikah di kalangan manusia jaman sekarang. Iyes! Akhirnya masa itu tiba juga, masa dimana rasa keinginan untuk melabuhkan hati kepada seseoarang untuk melakukan sebuah kegiatan yang sakral nan religius.

Usia gw tahun ini 25 Tahun, di buan July nanti. Usia dimana teman-teman seusia gw sudah beberapa yang pecah telor, alias di pinang oleh pasangan nya masing-masing. Setiap kali gw dateng ke acara sebuah pernikahan, pertanyaan yang selalu di tanya pasti 'kapan nyusul?', sungguh itu amat sangat membuat gw risih sebenarnya. Apa lagi jika gw sedang berkumpul dengan teman-teman sebaya gw, yang udah pada gendong anak, atau yang sedang mempersiapkan pernikahan. Obrolannya ga jauh tentang cerita pernikahan mereka sampe mereka bisa punya anak dan ga jauh juga tentang persiapan pernikahan *yang ingin menikah* untuk bisa bersedia jadi bridesmaid di acara perniakahannya. Dan bagi gw itu kuranglah menarik. Ga di pungkiri, gw pun juga ingin menikah. Namun apakah menikah itu hanyalah sebatas melangsungkan acara resepsi besar-besaran, dan setelah menikah memiliki anak lalu kita akan bahagai selalu? Jawabannya tentu tidak. Kenapa gw bilang tidak?

Banyak di antara kita, yang kadang suka menilai suatu perkara/permasalahan itu hanya di lihat dari satu sudut pandang saja, contoh nya perkara menikah. Kebanyakan dari beberapa orang yang gw tanya apa tujuan mereka untuk menikah yaitu: 1. Untuk bahagia, 2. Menyempurnakan agama 3. Menambah keturunan, dan terakhir 4. Ini sih bagi gw yang paling banyak memberikan alesan 'kenapa menikah?' yaitu takut kesepian dan butuh teman hidup untuk berbagi kehidupan bersama. I don't know what they think, sesempit itu kah manusia berpikir. Iya gw paham, menikah adalah hal yang di damba-dambakan setiap orang, karena bersatunya sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling menyayangi. Namun gw akan lebih berpikir lagi lebih dalam dan berpikir lebih jauh, apakah dengan menikah kita akan mendapatkan sebuah kebahagian yang sifat nya absolut? Apakah dengan menikah hari-hari gw ga akan ruwet, seperti hari-hari gw ketika gw masih lajang? Apakah, apakah dan apakah yang lainnya? Banyak pertanyaan yang selalu terbesit di otak gw, hingga akhirnya gw pun menemukan jawaban nya dan bisa memecahkan permsalahan yang terjadi pasca semua orang memberikan pertanyaan tentang 'kenapa menikah?' terhadap gw.

Kalo kalian tanya alesan gw 'kenapa menikah?' gw hanya ingin berbagi keluh kesah serta berbagi pemahaman dari sudut pandang yang berbeda tentang apa yang gw ketahui perihal kehidupan kepada calon suami gw kelak. Dari mulai problema ekonomi, love life, familly, pertemanan, kehidupan sosial, agama, budaya, bahkan pemahaman tentang kemajuan negara serta keberpihakan terhadap rakyat miskin/tertindas. Bukan hanya itu saja, gw ingin ketika suatu saat gw menikah nanti kebahagiaan yang gw dapat bersama pasangan gw bisa di rasakan juga oleh orang-orang yang ada di sekeliling gw. Gw ga pengen ketika gw menikah nanti, pernikahan tersebut menjadi hal yang membuat orang-orang di sekitar gw merasa terbebani. Terbebani disini buka persoalan mengenai financial aja, tapi 'beban' yang gw maksud adalah gw takut ketika gw menikah nanti ada seseorang yang hati nya terluka, gw takut ada beberapa temen-temen gw yang ngerasa diri nya kesepian, karena tersudutkan tentang persoalan 'menikah" yang akhirnya ngebuat temen-temen gw jadi kepikiran, bukan nya merasa ikut bahgaia namun mereka justru iri melihat hal tersebut. Gw juga takut, di saat gw menikah dengan penuh suka cita malah ada orang-orang yang nasib nya ga bisa merasakan apa yang gw rasain, yaitu berbahagia. Dan masih banyak ketakutan-ketakutan gw yang lainnya. Karena menikah itu bukanlah menenetukan sebuah kebahagiaan hidup, justru dengan kita menikah masalah baru akan muncul, cuma yang membedakan kita menghadapinya ga sendirian lagi tapi berdua dengan pasangan kita. Terlalu naif memang, jika menikah hanya memikirkan perasaan-persaan segelintir orang, tapi pernah ga sih terbesit di pikiran kalian bahwa menikah itu kita di minta pertanggung jawabannya, bukan cuma tanggung jawab kita terhadap Allah sang maha pencipta aja, pun juga di minta pertanggung jawabannya terhdap lingkungan sosial, apakah dengan kita menikah hidup selanjutnya akan bermanfaat untuk banyak orang? Atau justru akan menyulitkan banyak orang?

Contoh, setelah melakukan acara Resepsi pernikahan ternyata kita di hadapkan dengan permasalahan mengenai financial bahwa sejati nya kita menikah dengan cara 'berhutang'. Solusi pertama yang biasa nya dilakukan adalah menutupi dengan hasil uang pernikahan dari beberapa undangan. Atau yang paling extream jika hasil uang dari beberapa undangan tidak menutupi hutang nya, tindakan berhutang meminjam ke pihak bank salah satu jalan keluar nya, dan pada akhirnya sebuah kebahagiaan yang di dambakan pasca menikah berujung menjadi sebuah angan saja.

Contoh yang lainnya. Pernah ga sih kalian berpikir bahwa pasangan yang sudah di tetapkan untuk mendampingi kita, tidak semua nya sesuai kriteria yang kita inginkan. Misal, kita pengen banget punya pasangan yang cakep, cantik, ganteng, baik, kuliah nya satu jurusan dengan kita, harus yang tajir melintir, punya mobil biar ga kepanasan kalo jalan kemana-mana, bisa ngebuat kita nyaman, satu profesi dengan kita, pokok nya perfect deh. Gw saranin, kalo kalian cari yang begituan bisa banget, tapi di alam MIMPI. wekawkaweka.. Tidak ada sesuatu hal di dunia ini yang berjalan dengan mulus cuy, apa lagi lo minta pasangan yang segalanya harus sesuai keinginan lo. Lo pikir menikah ajang untuk pilah pilih yang super paling terbaik? Harus di sadari sejak awal, bahwa manusia di ciptain itu semua nya ga sama. Dari mulai isi otaknya, kecerdasannya, emosionalnya, hingga intelektual yang di milkinya tentu banyak perbedaan nya. Gw yang dari kecil di lahirkan dari perut emak gw dan hidup bertahun-tahun sama emak gw aja masih suka debat karena bersebrangan pemikiran. Nah? Lo ketemu sama pasangan lo ketika di usia beranjak dewasa, imposible semua nya bisa berjalan dengan mulus dan sesuai apa yang lo inginkan. Kerena bagi gw kita hidup itu di selimuti dengan berbagai macam perbedaan, tergantung kita menyikapi nya aja bisa menerima atau tidak dengan segala perbedaan yang ada.

Dari kedua contoh yang gw paparkan di atas, sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya, hanya saja gw memberikan yang lebih krusial saja. Setelah gw memaparkan contoh di atas, yang menurut gw relevan dengan beberapa sample yang terjadi di masyarakat, gw pun berpikir kembali, lantas agar tidak salah pilih pasangan ketika ingin menikah, pasangan yang ideal yang harus kita pilih itu bagaiamana?

Sejujurnya, kalo gw di tanya seperti itu. Gw akan bilang ga ada yang Ideal di muka bumi ini. Segala pemikiran yang kita pikirkan itu hanyalah buah dari emosional yang terjadi saat kita memikirkan nya. Gw pribadi pun juga pengen banget sebenarnya menikah dengan pilihan yang sesuai kriteria yang gw inginkan, tapi lagi-lagi sangat di sayangkan hasil pemikiran seperti itu suatu saat nanti akan menjadi boomerang di kehidupan gw selanjutnya, karena gw sadar manusia di ciptakan berbeda-beda, dan perbedaan itu yang harus kita kaji ulang lagi agar bisa hidup berbarengan dengan nyaman dan tentram. Arti nyaman dan tentram disni, bukan berati bahagia melulu, namun kenyamanan dan tentram itu gw artikan sebagai pedoman hidup agar selalu bijaksana dalam menentukan pilihan hidup.

Yang ada di otak gw saat ini, gw menginginkan sekali pasangan atau calon suami yang satu visi dan misi dengan gw, yaitu 'menolong orang' melalui jalur apapun. Misal melalui jalur bisnis, dengan cara berbisnis bersama, dengan konsep bisnis dan tujuan nya untuk 'menolong orang' tanpa harus komersilin hasilnya dan tanpa merugikan pihak lain, gw pikir itu jg salah satu yang bisa kita lakukan bersama-sama. Atau menjadi penggerak perubahan sosial, dengan terjun langsung di berbagai kalangan masyarakat yang mengalami sebuah ketimpangan sosial dan perlu di lindungi segala macam hak-hak nya dari segilitir para ellite politik atau kaum borjouis yang rakus akan kekuasaan dan kekayaan. Pun melakukan dakwah dengan tujan pergerakan perubahan sosial yang melibatkan beberapa masyarakat dari kalangan pemeluk Agama yang berbeda-beda tentunya, dengan pendekatan pemikiran progresif. Gw ingin kelak, calon suami gw tersebut menajdi pemimpin keluarga atau/Imam keluarga yang bijaksana, yang bisa menerima segala kekurangan gw. Begitu pun sebaliknya gw, akan memberi ruang pikiran dan hati gw, untuk selalu dan selalu berfikir bahwa apa yang kita cari di dunia ini bukan persoalan kebahagiaan melulu namun soal seberapa jauh kita bisa menjadi orang yang bermanfaat di lingkungan sekitar.

Ah iya, ada lagi sih beberapa yang gw inginkan tentang calon suami yang gw dambakan. Ini sebenar nya hal yang receh untuk di ceritakan, tapi karena udah terlintas di pikiran gw. So harus gw keluarin dalam bentuk tulisan.

Yups! Karena gw ini orangnya tukang ngomel, dan ontime kalo soal waktu. Gw ingin kelak suami gw bisa meredakan emosi gw yang masih suka meletup-meletup ini, pun juga gw menginginkan calon suami yang bisa mengahragai waktu. Karena bagi gw, orang yang bisa mengatur waktu dalam hidupnya adalah orang yang mampu menghargai dirinya sendiri bahkan bisa menghargai orang lain. Oh iya, gw suka gambar dan gw suka photo, dimana pun gw berada hal yang pertama kali gw lihat adalah instrument sebuah visualisasi. Misal gw sedang berada di keramaian orang-orang, terkadang gw suka  memikirkan apa saja kegiatan yang sedang dilakukan orang tersebut, atau makna di balik kegiatan orang tersebut. Yg gw lakukan pasti berdiskusi dengan orang terkait, dan mengambil dokumentasi nya dari kejauhan. Setelah gw melakukan hal tersebut, gw akan story telling tentang apa yang gw lihat atau apa yang gw gambar, dari situ gw berharap kelak calon suami gw bisa mendengarkan segala bentuk imajniasi atau pemikiran yang ada di otak gw dan mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari tentunya yang baik jika ada hal yang buruk yaa di tinggalkan.

Gw juga suka nyanyi. Gw pengen suatu saat nanti memiliki calon suami yang bisa di ajak featuring bernyanyi. Gw bernyanyi sambil main keyboard suami gw bernyanyi sambil main gitar. Kita melakukan nya di sela-sela weekend yang tenang, setelah melakukan banyak kegiatan yang produktif di weekday sebelumnya. Aaaahh rasanya itu hal yang receh banget, namun entah mengapa hal yang kecil seperti itu bisa mempengaruhi keberlangsungan hidup sebagai sepasang suami istri kelak suatu saat nanti.

Pernah suatu waktu gw curhat sama nyokap gw, "Bu, aku takut nanti standard hidup aku jadi naik yang berakibat aku terlalu idealis untuk memilih pasangan hidup". She knew what I was talking about. Dia ngingetin untuk selalu berdoa supaya penyakit hati itu nggak ada, supaya kecintaan kepada dunia nggak melebihi kecintaan kepada Tuhan, dan gw nggak boleh selalu ngeliat ke atas. Karena sesungguhnya kecintaan sama dunia itu membutakan. Buat orang-orang yang sadar, pasti ngeri sama tipu dayanya.

Pada intinya menikah itu bukan persoalan 'ingin' menajdi lebih bahagia atau balap-balapan karena teman-teman seumuran kita sudah menikah, bukan juga menikmati acara resepsi yang super meriah nan megah dan di hadiri oleh kawan-kawan terdekat lalu berfoto bersama kemudian bisa di share di sosial media. Namun di balik sebuah pernikahan ada beberapa hal yang mesti di pikirkan lebih jauh lagi. Karena menikah itu berati berbicara tentang sehidup semati, bayangin dong lo hidup sama orang yang awal nya asing terus lo cintai dan lo sayangi, setahun dua tahun masih fine-fine aja, namun apakah lo ga berpikir 10tahun ke depan nggak bakal ada masalah yang hadir di anatara hubungan pernikahan lo? Buka pikiran dan rubah mindset bahwa nikah hanya untuk bahagia dan mengisi kekosongan. Menikah itu lebih jauh dari kata 'bahagia', menikah itu muncul nya problema baru dalam hidup kita yang mengharuskan diri kita bersikap menjadi bijak dalam masalah yang hadir dalam kehidupan setelah menikah.

Terus gw nggak pengen nikah cepet? Of course gw mau. Tapi realisticaly speaking gw nggak bisa. Kadang manusia suka lupa: everybody has their own problems, conditions and what not. Dan gw 100% sadar betul kendala apa yang gw miliki sekarang, apa yang menahan gw dari moving forward ke life goals lainnya, seberapa berat kendala itu, dan bagaimana cara gw menyelesaikannya. So, I know that getting married isn't on top of my priority. Well, gw emang nggak tau takdir gw. Gw nggak tau kapan Allah bilang gw siap. Kalo ternyata out of the blue gw nikah sekarang, ya bagus. Jodoh udah dateng, masa gw tolak?. But still, to everybody out there, please stop telling me to get married.

Aktivis juga Manusia

Tulisan ini gue dedikasikan untuk para perempuan di luar sana yang sedang berjuang untuk hak-hak perempuan akan kekerasan serta ketimpangan struktural sosial yang terjadi di kalangan masyarakat miskin terkhusus untuk para perempuan. Sebelum menulis ini gw sempet berulang kali membaca tulisan artikel Aktivis Juga Manusia di kanal website nya pinterpolitik.com hal yang gw pikirkan setelah berulang kali membaca artikel tersebut, adalah merenungi nasib para perempuan yang selalu di jadikan sasaran empuk untuk egoisme manusia terutama para kaum lelaki yang menjadikan objek  seolah perempuan adalah pemuas nafsu kaum Adam. Why perempuan? Dan kenapa harus selalu perempuan?

Tulisan ini pure true story dari pengalaman yang gw dapet sendiri serta cerita-cerita dari beberapa teman gw yang pernah mendapatkan kekerasan dalam berhubungan Relationship atau pacaran oleh pasanagan laki-laki nya. Untuk itu pertama-tama gw me-warnning, untuk para pembaca menilai bacaan gw ini jangan dari satu sudut pandang saja, namun harus di kaitkan juga dengan beberapa isntrumental yang terjadi secara universal baik buruk nya, bisa di aplikasikan juga jika kalian bisa memposisikan diri kalian berada di dalam karakter yang bakalan gw ceritakan di tulisan gw ini.

Salah seorang sahabat gw, bercerita tentang hubungan Relationship nya ke gw. Tragis! Dia baru berani cerita ke gw ketika hubungan nya sudah putus dengan laki-laki tersebut. Apa yang di ceritakan oleh teman gw ini? Dia megalami kekerasan fisik dan mental ketika menjalani hubugan dengan si lelaki ini. Setiap kali mereka cekcok atau bertengkar laki-laki ini jika emosi pasti selalu memukul temen gw, mukul nya di bagian kepala, tangan dan perut. Suatu ketika, mereka pergi beraktivitas berdua. Sepanjang jalan, dalam keadaan hujan dan sudah larut malam mereka bertengkar. Yang di lakukan laki-laki ini terhadap temen gw, yaitu menurunkan temen gw lalu memukul bagian perut temen gw hingga sampai biru dan lebam, dan temen gw di tinggal pergi. What the fuck! Gw nulis sambil geram sendiri. Lalu yang di lakukan teman gw ini, adalah pergi cari kendaraan umum karena kondisi alam yang kala itu sedang di guyur hujan serta sudah malam. Tiba-tiba dari belakang, laki-laki tersebut menghampirinya, dan memohon maaf atas tindakan yang udah dia lakukan. Kejadian tersebut berlangsung selama mereka menjalani hubungan satu tahun. Tingkat klimaks nya, temen gw sudah mulai untuk menyerah dan memilih untuk menyudahinya adalah ketika laki-laki ini ketahuan menjalin hubungan dengan salah seorang perempuan, alias selingkuh. Temen gw melihat dengan mata kepala nya sendiri dan memergoki laki-laki tersebut sedang memadu kasih dengan perempuan lain. Teman gw pergi, dan menyatakan 'udah selesai'.

Setelah gw telusuri cerita teman gw ini, banyak hal yang gw pertanyakan kepadanya. Salah satu nya, bagaimana dia bisa bertahan dengan laki-laki *ah ingin ku berkata kasar sebenarnya* macam itu. Ternyata itu semua bermula dari perkenalan nya yang berujung mereka berdua merasakan memiliki kesamaan antar dua belah pihak, serta memiliki visi dan misi yang sama juga terakit soal karier. Dari mulai melakukan bisnis bersama, hingga melakukan kegiatan bersma-sama tiap waktu. Nyatanya, hal tersebut berbuah musibah! Temen gw ini bukan cuma mendapatkan kekerasan fisik dan menatl aja, ternyata ini laki-laki juga memiliki jiwa matrealistis yang cukup tinggi. Hampir 10juta uang temen gw ini raip di pakai oleh si laki-laki dengan alasan untuk membangun bisnis bersama alias modal bisnis bersama. Dan sampe sekarang pun laki-laki tersebut tidak memiliki itikad baik untuk memulangkan hak nya temen gw alias duit nya temen gw. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kesel? Bukan main. 

Dampak yang hingga saat ini temen gw rasakan adalah, setiap hari dia selalu merasa kesakitan di kepala bagian belakanganya. Terkadang jika kondisi tubuh sedang tidak fit, temen gw bisa jatuh pingsan karena nahan sakit di kepala nya. Sempat gw bujuk untuk di periksa lebih lanjut lagi ke dokter khusus yang menangani gejala tersebut, namun teman gw menolak dengan alasan 'takut dan trauma'. Akhirnya gw pun memberi ruang gerak dia utuk menghargai keputusan nya, karena rasa 'takut dan trauma ' ga bisa di obatin pake dokter sebagus apapun, rasa 'takut dan trauma' hanya bisa di lakukan oleh diri sendiri, dengan cara terapi healling dan itu sulit nya bukan main coy. Sila kalian cek di google bagaimana cara terapi healling ini bekerja, ada yang berhasil cepat ada juga yang berhasil berangsur lama. Tergantung kita menyikapi nya. Ah iya btw, kalian mau tau profesi si laki-laki ini apa? Laki-laki ini berprofesi sebagai Pengacara komersil di salah satu firma hukum. *ketawa bareng yuuukk, sambil nahan napas karena nahan emosi baca nya*

Kekerasan pada hubugan sepasang kekasih pun, ga cuma terjadi di temen gw aja. Namun diri gw pun mengalami hal pait tersebut. Cuma beda cerita dan beda latar belakang serta waktu saja, dan tentu beda pelakunya. Dimulai dari cerita gw yang menajalani hubungan dengan salah satu senior kampus gw, awal pertama megenalnya gw terlalu di buai asmara. Beberapa tahun gw menjalani hubungan bersama nya gw ngerasa seperti ada yang beda, dan memang ada suatu hal yang belum gw tau dan gw pahami tentang pria ini. Tepatnya di tahun 2015, kala itu gw sudah menjalani hubungan bersama nya sekitar dua tahun berjalan. Satu kejaidan yang membuat gw shock adalah mengetahui sifat nya yang selama ini tak terlihat. Kejadiannya sepulang gw kuliah, gw berencana untuk melakukan kegiatan bersama teman-teman gw yaitu berenang. Gw ga sadar ternyata kekasih gw sudah ada tepat di sebelah gw, sedangkan gw masih asik main handphone sambil chattingan dengan teman-teman gw yang ingin renang bersama. Gw akui, temen-temen gw ini ber-gender laki-laki semua, mereka temen deket gw sewaktu SMA, gw pun juga ga lupa untuk mengajak kekasih gw untuk berenang bersama. Kekasih gw pun menolak. Gw tetep kekeuh mau berangkat untuk berkegitan bersama teman-teman gw, belum beranjak dari tempat. Handphone gw tiba-tiba di raih oleh kekaksih gw, apa yang dia lakukan? Banting handphone gw ke lantai. Ga berenti sampe disitu ponsel gw pun di ambil nya lagi, lalu di banting ke aspal. Dan terakhir ponsel gw di buang ke ember gede yang berisi air. Tidak ada kekerasan fisik yang terjadi pada gw kala itu, namun kekerasan mental sudah terjadi gw rasakan. Gw shock, melihat kekasih gw yang gw pikir dia tidak akan pernah melakukan hal tersebut ke gw. Namun itu semua real terjadi di depan mata kepala gw sendiri. Jika kalian tanya kenapa alesan kekasih gw melakukan hal tersebut? 'Cemburu' kalimat yang keluar dari mulutnya.

2016 Awal, keanehan sikap kekasih gw makin aneh gw rasakan. Makin kesini dia memperlakukan gw seenaknya aja. Gw akui, gw adalah type wanita temprament, jika sedang emosi gw itu selalu meletup-letup dan gw lampiaskan secara ga sadar, mau di depan umum tempat sepi bahkan di kereamaian pun gw berani untuk vokal dan ngomel-ngomel. Suatu hari gw badmood, karena janji dan kegiatan yang udah kita rencanakan berdua gagal, dikarenakan kesalahan dan kelalian kekasiah gw ini. Gw ngoceh sepanjang waktu, menyalahkan yang udah terjadi kepada nya. Dia diem, dan akhirnya dia meraih gw lalu melakukan tindakan kekerasan, pundak gw di pukul pake tangan nya sampe memar dan biru. Gw makin shock dan makin engga menyangka lagi, kekasih gw yang selama ini gw puja-puja akan kecerdasan nya dia dalam bidang Ilmu Hukum, serta ilmu-ilmu literasi yang dia dapatkan penuh dengan kebijaksanaan, bisa berbuat kasar seperti itu.

Waktu itu gw belum paham akan tentang issue kekerasan pada perempuan, yg gw tau kala itu kekasih gw amat sangat annoying kelakukannya. Bahkan gw ga kepikiran tindakan hal tersebut bisa gw seret ke ranah persidangan dengan cara, gw melaporkannya ke polisi lalu melakukan Visum Et Repertum. Nyatanya sebagai mahasiswi Hukum, gw tidak bisa melakukan itu karena terbawa dan terhanyut oleh buaian cinta, yang bikin gw buta tidak bisa melihat keadaan tersebut secara rasional.

Klimaks nya, terjadi pada tahun lalu 2017. Kekasih gw tersebut mengikuti serangkaian kegiatan sekolah HAM di salah satu lembaga NGO yang menangani kasus issue HAM  di Indonesia. Kekasih gw menjadi salah satu peserta di pelatihan tersebut, bahkan now beliau menjadi bagian/masuk ke dalam struktur organisasi di lembaga tersebut. Gw  berharap dengan cara dia mengikuti kegiatan tersebut, bisa menyadarkan pemikiran nya tentang issue pelanggaran HAM yang terjadi, terkhusus issue kekerasan pada perempuan. Nyatanya tidak sampai disitu, musibah kekerasan yang terjadi kepada gw tetap berlanjut. Firasat baik gw mengenai kekasih gw mengikuti kegiatan tersebut yang gw nilai secara positif, nyatanya berbuah negatif. Setelah kegiatan tersebut selesai, gw mendaptkan kabar dari salah seorang teman, bahwa kekasih gw Selingkuh *wkwkwkwk asli gw nulis ini sambil ketawa karena gw menceritakan ini tiap hari dan tiap saat di dalam otak gw, trauma cuy!* dengan salah satu perempuan, yang juga ternyata peserta dalam acara kegiatan tersebut. Mendengar hal tersebut yang gw dapatkan bukan kekerasan fisik, tapi kekerasan batin dan mental. Wanita itu sadar dan paham, bahwa lelaki tersebut sudah ada yang punya *yaelaah yas baru pacaran ehh, belom nikah berlebihan banget lo haha* Wanita itu pun juga menyadari bahwa saat itu gw merasakan hal yang sakit sesakitnya sebagai seorang perempuan. Tapi sangat di sayangkan dengan berlandaskan egois dan cinta, wanita itu beranggapan bahwa mempermainkan perasaan bukanlah suatu tindakan kekerasan, padahal yang gw tau soal kekerasan pada perempuan itu, bukan hanya mencakupi kekerasan fisik namun psikis dan secara moral pun juga bisa di kaitkan dengan kekerasan perempuan.

And again, terakhir kali nya gw bertemu dengan mereka berdua dan terjadi suatu keributan. Rasanya gw mau bunuh mereka berdua kala itu, tapi gw menyadari jika gw melakukan kekerasan kepada ini wanita sama bego nya gw ga jauh kelakuannya kaya wanita tersebut. Lalu apa yang gw lakukan? Gw  tampar laki-laki nya, bentuk dari kekecewaan gw yang udah di perlakukan seenaknya aja. Kalian mau tau apa yang di lakukan perempuan ini ketika gw tampar laki-laki nya? Dia mengancam gw, untuk di laporkan ke Polisi atas dugaan kekerasan dan membuat gaduh di lingkungan sekitar/tempat umum yang menyebabkan perbuatan tidak menyenangkan serta mengganggu privacy orang lain. Yang artinya gw bisa di dakwa dengan pasal 335 KUHP, yang mendapatkan hukuman maksimal satu tahun penjara. Duhh, mbaknya gw udah jadi korban kekerasan akibat dari itu laki-laki tapi beginikah balesan yang gw dapat. *kala itu gw mengeluh seperti itu dalam hati*

Dan ini adalah puncak pembahasan yang paling-paling membuat darah naik tiap hari nya. Kalian tau profesi kedua sepasang sejoli tersebut itu apa? Yups, sebagai Human Rights Defenders atau Aktivis pejuang HAM di salah satu lembaga Nasional dan International. Yang tiap hari nya mereka bekerja dengan mengatas namakan Rakyat Miskin dan Rentan, yang selalu berorasi di dalam kegiatannya bahwa mereka memiliki visi dan misi anti kekerasan dengan selogan nya 'I am Humanity' selalu terpatri di hatinya *katanya si gitu*. Disini gw tidak menyalahkan profesi nya, namun sangat di sayangkan kelakuan dan pola pemikiran yang sudah mereka terapkan/lakukan terhadap gw, menimbulkan pemikiran dan penilaian yang negative menurut gw pribadi. Di sisi lain mereka di sanjung-sanjung oleh sebagian orang dan mendapatkan sebuah pengakuan bahwa yang dia kerjakan saat ini adalah berjuang di jalan yang benar, yaitu berjuang melawan kekerasan dan ketidak adilan. Namun di sisi lain mereka jugalah aktor di balik kekerasan di dalam issue pelanggaran HAM terkhusus kekerasan pada permepuan.

Bagaikan fenomena gunung es, hanya bagian kecil yang terpampang/yang terlihat oleh sebagian orang mengenai kekerasan yang terjadi pada perempuan. Namun di balik itu semua ternyata banyak hal yang tersembunyi yang selama ini tak terlihat bahkan tak ada laporan nya sekalipun, alih-alih korban memberi alesan karena takut dan trauma namun di balik itu semua ternyata masih tersimpan sejuta misteri.

Aktivis tetaplah manusia. Yang memiliki dosa, dimana pun dia berada. Sekalipun profesi tersebut mengatas namakan bendera kemanusiaan, namun dia tetaplah manusia yang bisa berbuat baik setulus hati, bisa juga berbuat jahat tanpa mereka sadari. Kejadian ini menjadi pukulan keras untuk gw selalu merenungi setiap kali gw melangkah dalam bergaul ataupun bercakap kepada orang lain. Karena emosional terjadi ketika kita memulai pembicaraan terhadap sesama manusia, lalu 'tindakan' akan terjadi ketika kita sudah bisa menilai tentang baik buruk nya seseorang. 

Seperti yang dikatakan April Zhung, jurnalis asal Amerika Serikat dalam Bright the Mag, para aktivis kemanusiaan ini juga harus berhenti memilki rasa 'lebih suci dibandingkan orang lain' karena memiliki waktu, tenaga, dan biaya, untuk membantu kelompok marjinal. Hal ini hanya akan menumbuhkan sifat heroisme semu dan makin jauh dari aksi kebaikan hakiki. Dari sisni ujaran Sokerates soal inteletualisme moral menjadi relevan. Ia pernah berkata bahwa untuk benar-benar memahami pengetahuan moral, seseorang harus paham apa itu kebenaran dan terus mengerjakan kebaikan (one way of understanding genuine moral knowledge is that we know what is right, we will do what's right). Apa yang diucapkan Sokrates, mau tak mau terus memaksa untuk merefleksikan kembali aksi-aksi yang dinilai sebagai bentuk kebaikan. Apakah niat dan aksi kebaikan sudah dan akan terus berjalas lurus? Sebab bagaimana pun, Sokrates tahu kalau niat yang baik untuk memabntu sesama, teranyata belum menjamin akan melahirkan aksi yang baik pula.

Dari cerita yang gw rangkum di atas, tentunya akan menuai kritik dan penilaian dari berbagai macam perspektif. Mungkin ada sebagian orang yang menilai gw dan teman gw ini adalah perempuan 'bodoh', maka dari itu jangan sampe kalian pun menjadi ikutan bodoh seperti kami. Mungkin juga ada yang kasian pada kami. Gw dan teman gw tak perlu di kasihani, karena yang perlu di kasihani adalah kelakuan bejat serta moral manusia nya yang sudah memperlakukan kami tidak baik. 

Lantas apakah gw membenci 'mantan' kekasih gw tersebut? Jawaban nya tidak. Akhir tahun 2016 gw datang ke salah satu acara tahunan bertepatan dengan hari HAM International,  yang di adakan oleh CADPA (The Coalition for the Abolitions of the Death Penalty in ASEAN) bekerja sama juga dengan beberapa NGO Human Rights di Indonesia. dengan tajuk "End Crime Not Life", di acara ini salah satu talk show atau diskusi public yang bikin gw terpana adalah, tentang salah satu speaker yaitu warga negara Amerika, namun keturunan Jepang *gw lupa nama nya siapa* beliau ini berprofesi sebagai photograper sekaligus aktivis kemanusiaan di berbagai Negara. Dia bercerita kala itu ada seseorang yang melakukan kejahatan kepada dirinya, ketika dia sedang berjalan di salah satu jalan di bilangan New York City, tiba-tiba ada seorang pria normal menghampiri nya dan memukul kepala nya dengan sebuah batu bata, yang mengakibatkan kepala nya beliau itu mengalami kerusakan syaraf hingga saat ini. Namun apa yang dia katakan? Dia berkata "Ketika saya terbangun dari masa koma dalam beberapa minggu, saya masih bisa megingat kejadian tersebut. Saya tidak membenci pria yang sudah berbuat jahat pada saya, namun saya hanya membenci 'kelakukan' yang di perbuatnya oleh saya. Saya yakin, dalam sisi lain pria tersebut juga memiliki suatu kebaikan. Untuk itu saya lebih memilih untuk tidak melaporkan pria tersebut ke jalur Hukum. Dengan saya masih bisa hidup dan melihat anak-anak saya tersenyum pun sudah cukup bagi saya untuk tidak menuntut suatu perbuatan kejahatan pria itu. Kejadian ini akan saya jadikan sebuah pelajaran, dan tentu nya akan saya pedomankan juga kepada anak-anak saya, agar jangan membenci orang yang sudah jahat pada kita, namun cukup bencilah 'perbuatannya' saja, supaya kelak tidak akan terjadi kejahatan-kejahatan selanjutnya" pesan speaker tersebut selalu dan akan gw igat bahkan gw terapkan dalam kehidupan sehari-hari gw. Karena gw yakin, satu keburukan manusia menutupi ribuan kebaikan mansuia itu. Maka itu, gw sudah memaafkan apa yang di perbuat mantan kekasih gw. Dan mencoba untuk melakukan suatu kegiatan aksi positif 'anti kekerasan' agar kelak kejadian yang terjadi pada diri gw dan teman gw tak terulang kembali kepada kalian yang membaca tulisan gw ini. Kehidupan gw dan teman gw saat ini masih normal-normal aja, bahkan menurut gw jadi lebih baik dari sebelum nya. Kita berdua mencoba untuk tetap melakukan sebuah gerakan dengan cara banyak belajar dan banyak diskusi di berbagai macam acara. Dengan begitu, rasa trauma dan kecewa mulai mengikis yaa walau ga akan pernah bisa di lupakan.

Tulisan ini gw tunjukan untuk para manusia yang masih menyebut dirinya 'manusia'. please stop kekerasan tehadap manusia lainnya. Manusia tetaplah manusia, profesi nya apapun itu pastilah mereka memiliki sisi baik pun juga memiliki sisi buruk. Untuk itu, perbanyak menebar kebaikan lebih positif di banding memperbanyak nilai keburukan.

Btw, gw punya beberapa artikel yang ada kaitan nya dengan tulisan ini. Artikel tersebut bisa menjadi bahan renungan kita, ketika ingin melakukan tindakan kekerasan atau tindakan yang buruk. Sila klik link di bawah ini.



Selamat Membaca!

Sebelah mata ku Hilang

Efek Rumah Kaca - Sebelah Mata

Tapi sebelah mataku yang lain menyadari
Gelap adalah teman setia
Dari waktu-waktu yang Hilang


   11 April 2018, tepat 1 tahun kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan penyidik KPK, yang kasus nya sampai saat ini masih Tijel alias Tidak Jelas. Seolah pemerintah mengabaikan, ga ada indikasi keseriusan pemerintah untuk menangani kasus penyiraman tersebut. Apatis mungkin. Saat ini berbagai macam kelompok masyarakat telah mendesak pemerintah untuk segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Novel. Namun, presiden kita si bapak Jokowi belom mau ngebentuk TGPF, padahal kasus percobaan pembunuhan Novel udah berjalan 1tahun. Gila sih, ga paham lagi gw sama negara tercinta gw ini, kasus percobaan pembunuhan aja sampe di buat ruwet. Pertanyaan yang selalu terbesit di pala gw, seketika adalah, emang siapa sih 'bruh' aktor yang ada di balik kasus ini? Apakah emang ada kepentingan terselubung dari kubu pemerintah, sehingga yang lebih penting dari memberi kepastian Hukum yg adil di Negri ini tidak lagi menjadi penting atau abai bgtu saja? Apa perlu kita hubungi dektetif Sinichi Kudo alias detektif Conan, buat cari tau kejelasan kasus nya mr. Novel? Oh men, why my country is very unconcerned with the people who are down? Apa perlu nunggu korban-korban selanjutnya lagi, supaya pemerintah ga buta-buta amat gitu melihat fenomena ketidak adilan yang terjadi saat ini.

   Biasa nya hasil renungan gw tersebut, dalam beberapa jam ke depan akan membuahkan suatu pemikiran, yang tentu harus gw keluarin. Biar ga cuma nempel di kepala gw. Sebenernya sebelum kasus nya si Novel ini terjadi, banyak banget kasus-kasus lainnya yang belom di usut tuntas sama pemerintah. Disini gw ga akan menjabrkan secara rinci kasus nya bagaimana,tapi disini gw mau memberi penilaian gw terhadap pemerintah, mungkin lebih ke arah kritik.

   Gw perhatiin pemerintah di era sekarang makin annoying, why annoying? Gw amat lah sangat anoyed, melihat ke-apatisan pemerintah dalam menangani beberapa kasus yang menurut gw ini udah mencoreng pemerintah Indonesia sendiri. Masa se-level Presiden ga ada responnya sama sekali, menunda-nuda kasus selama 1 tahun atas, realita yang terjadi. Bapak Novel itu bagi gw aktor terpenting untuk memerangi korupsi di lembaga anti rasuah atau KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Tugas beliau itu, adalah garda terdepan untuk menguak tiap kasus korupsi yang terjadi. Dari mulai melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan sampe penyitaan. Lantas mengapa orang sepenting abang/mas/bapak/uda/mr Novel ini kasus nya di abaikan begitu saja????? Rasa-rasanya Pemerintah kurang greget gitu dalam menangani kasus tersebut.

   Beberapa minggu lalu, gw bersama temen gw ngobrol di salah satu warung kopi di daerah petogokan, Jakarta Selatan. Kebetulan saat itu kita abis datang ke acara salah 1 diskusi publik yang diadakan oleh salah satu lembaga. Nah! Kebetulan temen gw ini adalah salah satu aktivis pegiat anti korupsi. Awal obrolan kita di mulai, dengan cerita gw yang udah mulai resah dan geram banget melihat fenomena Korupsi di Indonesia. Bukan cuma tentang kasus nya Novel aja, tapi kasus-kasus korupsi yang saat ini merajalela di Indonesia dan seperti nya Korupsi itu sudah mendarah daging di kalangan para ellite politik. Dimulai dari drama kasus e-ktp yang berujung Setya Novanto di tetapkan status nya sebagai tersangka, sampe drama penangkapan Setya Novanto, yang kayanya bisa di jadikan serial drama korea hemm mungkin lebih ciamik. Apa yang pada saat itu gw tanyakan ke temen gw ini? Gw bertanya seperti ini: "Eh coy, gw mulai capek deh pantengin berita-berita di Indonesia, ga jauh dari Korupsi ataupun ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita saat ini. Isi timeline twitt gw ya itu-itu aja, tiap saat manusia kerjaa nya cuma ng'warrr di sosial media, memberi saran tanpa memberi solusi yang berujung kosong! Ga ada arti nya apapun, sampah doang isinya. Menurut lo cara meredakan keresahan gw ini gimana ya coy? Gw pengen gitu anak muda di Indonesia, sadar akan kepedulian mereka terhadap nasib bangsa dan negara nya, terutama sih dalam memerangi korupsi. Berbulan-bulan gw merenungi ini, apa mungkin Korupsi dan segala macam tindak penyimpangan yang terjadi di Indonesia akan terselesaikan? Kenapa kebenaran itu sulit bgt si coy di cari di negara kita ini?"

   Temen gw pun memberi khutbah nya kepada gw: "Yas, lo tau arti penggalan lirik lagu ERK-Sebelah Mata? -Tapi sebelah mataku yang lain menyadari, gelap adalah teman setia, dari waktu-waktu yang hilang- 1 kebenaran emang ga nampak,gelap. Tapi masih banyak titik-titik terang kebenaran di luar sana yang akan terus mengiringi jalan nya proses untuk mengungkap kebenaran tersebut, mereka akan selalu setia. Siapa titik-titik terang tersebut? Yaitu kita, kita anak muda yang masih di beri akal dan di beri pikiran buat menguangkap kebenaran tersebut. Kalo lo tanya bagaimana cara kita menyuarakan dan memerangi korupsi serta ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi bagaiamana? Tanya hati lo, tanyakan apa identitas bangsa lo? Kalo lo udah tau jawaban nya, gw pikir lo akan tetep terus berjuang, ga akan pernah ngeluh lelah. Karena menurut gw, untuk berjuang melawan korupsi di negeri kita ini, menyuarakan nya udah cukup mudah kok. Banyak sekarang platform-platform sosial media yang bisa lo jadikan sebuah kampanye untuk mengajak sauadara sebangsa lo untuk sadar betapa penting nya memberantas korupsi sedari dini. Lo ga harus jadi pegiat anti korupsi dulu kok, untuk aktif dalam memerangi korupsi. Cukup gunakan sebaik mungkin platform sosial media yang ada, untuk berbagi informasi yang terkait apa yang ingin lo suarakan. Terkait tentang 'kebenaran' di negeri ini, lo tau kisah Mahatma Gandhi yang merebut India dari British? Mahatma pake taktik Nonviolent Soldier, yang biasa kita sebut taktik perang tanpa kekerasan. Dan hasilnya? India merdeka, lepas dari jajahan British. Kalo di kaitkan dengan fenomena mencari keadilan/kebenaran di Negri Indonesia, gw pikir sama hal nya seperti ajaran nya Mahatma Gandhi. Banyak yang pengen bangsa Indonesia hancur atas kepentingan segelintir orang, namun apakah kita juga harus melakukan hal yang sama untuk mencari keadilan/kebenaran dengan cara yang salah? Tanpa memikirkan segala konsekuensi yang akan terjadi ke depan nya? ga gitu yas. Kita ga bisa seperti itu, walau kebenaran emang sulit banget di cari di negeri kita, tapi kita ga boleh berhenti berharap bahwa suatau saat kebenaran dan keadilan itu akan terwujud. Masa lo kalah sama ibu Surmasih yang bertahun-tahun tiap minggu nya berdiri di depan Istana, tetap berharap dan yakin bahwa suatau saat kebenaran dan keadilan itu pasti akan menyala, dan ga selamanya redup"

   Jlebbbbbbb....!!! Hati gw langsung bergeming ketika di beri Khutbah seperti itu oleh temen gw. Gw merasa terpukul dan malu, gw masih muda dengan stupid nya mengeluh, padahal di luar sana masih banyak orang-orang yg harapan nya sama dengan gw untuk menjadikan Indonesia jadi lebaih baik, tapi ga pernah putus asa atau ngeluh dan selalu yakin bahwa harapan itu pasti akan terwujud nyata.

Dear, mr.Novel I know that, I can't do even more to provide solutions related to the case that you are facing. But, through this writing I hope to invite readers to always fight corruption crime like what you are doing to this country.

Semoga pak Novel selalu dalam lindungan Allah swt. Amin

Fenomena Hate Speech

Ibu Indonesia

Aku tak tau syariat Islam
Yang ku tau sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
     Fenomena Hate Speech kembali muncul. Dan sepertinya akan tetap muncul seiring berjalannya kecanggihan teknologi di masa Modern saat ini. Hate Speech? Dimana hujan kebencian bertebar di media sosial, dimana kritik yang membangun di salah artikan oleh pihak terntentu, dimana Anak Bangsa ingin memberi penilaian tentang Identitas Bangsa melalui karya puisi nya namun di beri stigma negative oleh bangsa nya sendiri, bahkan dimana Identitas Bangsa di nilai tidak ada artinya lagi sampe di kesampingkan oleh segelintir aktor di belakangnya. Hate Speech? Take in law with own hands, ini udah bener-bener di luar ketentuan norma-norma Hukum yang berlaku. Why? Karena ini menimbulkan kecemasan hingga Indonesia ga lagi beragam satu sama lainnya. Akibat Hate Speech jadi angry, kalo ga sependapat sama kritik atau komentar orang lain maka pilihannya cuma lawan atau jadi kawan. Semua nya dikaitkan dengan sentimen agama, sebagai cara untuk memenangkan posisi itu mentah se-mentah2nya. Apa lagi upaya untuk memabangun jemabatan antar elemen jadi mentah karena mesin politik. Hate Speech? gw selalu merenung, kenapa lo selalu bikin kacau balau bangsa gw oh "Hate Speech" . Kenapa lo ga bisa nerima bahwa kita ini Indonesia, banyak ragam suku budaya dan agama. Kenapa?

     Berawal dari kegerahan gw tentang komentar Hate Speech di kalangan netizen Indonesia yang sedang memperdebatkan puisi anak bangsa, yang menurut gw puisi tersebut makna nya ga ada sama sekali melecehkan Agama gw yaitu 'Islam'. Tapi, bagi gw puisi tersebut adalah menggambarkan tentang Identitas diri bangsa Indonesia. Indonesia bukan Negara Islam coy, tapi masyarakat Indonesia mayoritas adalah pemeluk Agama Islam. Lantas apakah lo tidak menyadari bahwa masih ada masyarakat Minoritas, yang "masih" menjadi bagian dari Indonesia. Kita menuding bahwa puisi tersebut melecehkan Agama Islam, tapi pernah terbesit ga sih kita ini lahir di bumi bagian mana? Iya kita lahir di bumi pertiwi Indonesia. Dimana beragam macam culture itu ada. Konsukensi nya, ya lo harus menerima segala macam perbedaan tersebut.

     Mungkin udah jadi natural nya manusia, untuk melebelkan dirinya adalah sebagai makhluk sosial yang bisa selalu berinterkasi kapan pun di manapun dia berada. Tapi banyak yang salah mengartikan arti dari "Makhluk sosial" itu sendiri. Gw paham, di Negeri kita ini kebebasan berpendapat di perbolehkan, lo mau memberi kritik di bolehin, lo mau berorasi di izinin. Tapi why? Why? Hal yang sifat nya menebar kebencian di jadikan bahan yang sifatnya asik untuk di perbincangkan atau di debatkan. Kita semua udah paham bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya, dari mulai suku, ras, bahasa, bahkan Agama. Sering kali gw takjub dengan kebebasan yang sekarang kita miliki. Kita bebas sekali bicara apa aja yang kita mau tanpa harus mengkaji kalimatnya terlebih dahulu. Kita bebas bagaimana mau mengekspresikan kesetujuan maupun ketidaksetujuan kita terhadap sesuatu. Kita bebas bagaimana mau mengkritik seseorang atau sesuatu. Mungkin karena dengan peracaya diri nya kita beranggapan semua itu ga akan ada konsekuensinya kelak. Padahal sebagai manusia beragama, konsekuensi bertutur kata buruk itu sudah jelas. Tapi mungkin karena Tuhan itu ga keliatan kali ya, Jadi kita ga setakut itu dengan konsekuensi yang udah Tuhan janjikan.

     Common coy, masih banyak hal yang harus kita ubah di banding harus saling tuding menduing di sosial media yang akhirnya membuat perpecahan dan saling gontok-gontokan. Masih banyak PEER kita sebagai anak bangsa untuk saling gotong royong, biar negara kita itu ga jadi kacau balau.

     Wahai para Hate Speech bisa kah kita semua ini saling berdamai. Kenapa kita ga melakukan hal yang positif aja gitu, misal sama-sama yuk kita memerangi korupsi. Berkaca pada kasus Novel Baswedan, yang sampe saat ini kasus nya belom juga menemukan titik terang. Apa hal tersebut ga buat geram dan gerah? Seolah negara acuh tak acuh dalam penegakan Hukum. Seolah kebenaran menjadi sesuatu yg amat sangat mahal terjadi. Padahal kita tau semua janji-janji presiden yg tertulis di nawacita nya, sampe detik ini tidak ada 1 pun yg tercapai atau terwujud terkhusus untuk pelanggaran HAM masa lalu. Atau misal lagi kita bergerak sama-sama untuk mengkritisi tentang hak-hak perempuan yg terabaikan. Atau lagi boleh lah kalian sekali-kali ikutan aksi kamisan yg berada di depan Istana di setiap hari Kamis, dimana keluarga para pelanggaran masa lalu masih berusaha keras agar hak-hak/tuntutan2an mereka kepada negara tentang kasus pelanggaran masa lalu yg meninpa meraka/sebagian keluarga nya di dengar oleh pemerintah. Mungkin hati kalian bisa tersadar, bahwa masih banyak hal yg ber-faedah yg bisa kita lakukan bersama-sama untuk Indonesia lebig baik tentu nya.

     Jika memang lo lo pada mengeluh dan susah untuk menangkap informasi terkait issue Hukum, HAM, Korupsi ataupun Politik di Indonesia saat ini. Setidaknya jangan kasih ruang untuk asik melakukan hal yg buruk dengan cara menebar berita2 sampah di kolom sosial media yg pada akhir nya ngebuat semua orang berapi2 untik saling bermusuhan dan menjatuhkan.

     Ya gw paham, latar belakang setiap orang beda-beda. Ga semua nya tau soal Hukum, ga semua nya mau bahas soal pelanggaran HAM atau ga semua nya pengen tau 'korupsi itu apa sih?' GA SEMUANYA, yes i know. sebenernya mengetahui hal-hal tersebut ga harus lo tau aturan norma hukum bagaimana, ga harus lo menajdi aktivis pejuang ham, ataupun pegiat anti korupsi. Ga harus coy! Tp jadilah manusia yg bisa memberi dampak positif di lingkungan sekitar lo, itu bagi gw udah mendapatkan 1 point bahwa diri lo berguna. Jangan tiba-tiba ada issue anget muncul di timeline, abis itu lo baca caption nya dan lo langsung berapi-api, kemudian jari-jari lo mulai bergerak untuk mengisi ruang kolom komentar yg kebanyakan komentar nya sampah semua, trus lo juga ikutan coment yg isi nya juga sampah alias Hate Speech. Jangan! Jangan seperti itu.

Gw punya kutipan yg bagus banget buat kalian baca. Kutipan ini gw ambil dari blog nya mas Reza A.A Wattimena, seoarang akademisi lulusan Filsafat Jerman.

"Berbagai masalah muncul, karena orang mempercayai pikiran dan emosi yang mereka rasakan. Mereka mengira, itu semua adalah kebenaran. Padahal, keduanya adalah tanpa inti dan tanpa esensi. Bentuk dasar dari keduanya adalah kosong dan ilusif.

Jika orang paham, bahwa pikiran dan emosinya adalah ilusi, maka masalah tidak lagi menjadi berat. Penderitaan yang dirasakan juga tidak lagi menjadi berat dan panjang. Semuanya hanya akan menjadi tamu yang numpang lewat, dan akan segera pergi. Hidup pun akan jauh dari penderitaan batin yang tak perlu."

Untuk baca lebih lanjut sila cek link berikut:

Tentang Ego yang tak (Pernah) ada.

Gw juga selipkan video anak bangsa, dari Gita Savitri Devi. Seorang Youtuber, yang saat ini sedang studi di Jerman.

Menjadi Indonesia

Cara bertahan hidup di Ibukota

=Fyi, bacanya santai aja ya guys, gw emang sengaja ga pake bahasa Formal, karena gw yakin pembaca blog ini bukan dari kalangan akademisi, ataupun peneliti. Pasti banyak dari beberapa temen yang latar belakang nya macam2. Maka dari itu penulis membuat tulisan ini se-sopan mungkin dengan bahasa penulis sendiri, namun inshaAllah tetap ada makna nya=


      Assalamualikum, akhir nya gw kembali menulis lagi setelah sekian bulan vakum di karenakan platform Tumblr yg dulu gw jadikan tempat gw berbagi cerita di blokir oleh pihak pemerintah, dengan alesan banyak situs2 porno di dalam nya. Gw ga paham lagi sih sama pemerintah sekarang, warga nya mau kreatif dan ngeluarin pendapat aja susah bener. Yaudah skip dulu lah soal pemerintah, pecah pala kalo cuma ngeluhin soal kerja nya Eksekutif or Legislatif.

      Kali ini gw mau cerita soal cara gw bertahan hidup di Ibukota. Yang kata nya hidup di Ibukota itu sulit lah, keras lah, ga aman lah lingkungan nya, macet, panas serta banyak banget rentetan persoalan lain nya terkait hidup di Ibukota. Gw menemukan beberapa sample terkait orang-orang atau warga Jakarta yang suka mengeluhkan hal itu, dari mulai gw ubek2 artikel seputar "gaya hidup di Ibukota Jakarta" sampe "permasalahan di balik hidup yang sulit di Ibukota Jakarta", dan ternyataa 90% yang gw temukan rata-rata, yang menyebabkan warga Jakarta suka mengeluh hidup di Ibukota yaitu karena Financial dan Gaya Hidup yang terlalu parlente. Geleng-geleng pala gw baca nya.

       Gw hidup udah 24th di Jakarta. Gw baru ngerasain  perubahan hidup gw itu ketika gw lulus SMA, kenapa begitu? Karena setelah lulus SMA gw langsung kerja, cari duit. Kebanyakan temen gw lulus SMA pada langsung kuliah, sedangkan gw mau kuliah harus cari duit dulu, sebenernya cerita hidup gw setelah lulus SMA itu bakal panjang sih kalo gw ceritain disini, karena seharusnya gw bisa kuliah, tapi gw lebih memilih untuk kerja. Oke inshaAllah gw bakalan cerita soal kehidupan gw pasca setelah gw lulus SMA di blog, tapi di segment tulisan gw berikut nya yaww. Lanjut lagi, nah setelah gw lulus SMA itu pertama kali gw kerja jadi SPG coy di salah satu departement store di Jakarta, kerjaan gw ngapain? Yes, gw kerja berdiri 8 jam pake heels berukuran 5cm, dengkul rasanya mau copot kerjaan gw setiap pulang kerja ngeluh mulu sama emak gw, sambil kaki di masukin ke ember yang isi nya air anget campur garem, rutinitas itu gw lakuin setiap hari ketika gw kerja jadi SPG. Dan lo mau tauu Gaji pertama gw kala itu berapa?????? 1 bulan kerja gw cuma di Gaji prorate, 800rb coyyyy. Tapi seneng nya bukan main, ya nama nya juga baru lulus SMA dapet uang gede 800rb itu bahagia banget, kalo ga salah waktu itu di tahun 2011 UMR masih 1,5juta jadi wajar gw dapet gaji prorate yaaa 800rb. Dengan gaji 800rb gw harus bagi2 lagi tuh, untuk ongkos transportasi gw naik bis metromini PP 4rb *kala itu biaya transport bis metromini 2rebu* , trus belom lagi biaya gw makan, sama makeup gw, soal nya jadi SPG kan harus dempulan yaa book' ga bisa tuh muka natural. Oke berlanjut ke kehidupan gw selanjutnya, di awal tahun 2012 gw pindah kerjaan di salah satu perusahaan elektronik, jabatan gw kala itu sama sales juga cuma beda nya sekarang sales product elektronik gitu, Gaji nya? Jangan di tanya, gede bangettttttt booo', dengan segala macam insentiv yang di dapat, misal kalo lo achive penjualan tiap bulan nya yaa kira2 lo bisa lah megang duit 5jutaan. itu udah termasuk gaji pokok ya, kala itu gaji pokok masih 2,1 juta. Dengan bermodalkan ijazah SMA, menurut gw gaji segitu udah lumayan sangat yaa coy lo bisa lah yaa ngopi2 di sbuck sepuasnya selama sebulan, sampe keleyengan pala dan setelah itu usus lo jd bengkak gegara minum kopi mulu hahaha *canda*Dan berlanjut sampe tahun 2016 Gw kerja sbg sales juga, di salah 1 bank BUMN dengan status karyawan PKWT. sedih yaa boook' perusahaan BUMN yang katanya 51% milik pemerintah itu, masih aja mempekerjakan karyawan yang status nya PKWT alias outshorching. Ketimpangan sosial yang anjlok. zzzzzzzz

       Lalu bagaiamana cara gw bisa bertahan hidup di Ibukota setelah pasca gw lulus SMA? Bagaimana cara gw bisa ngelola keuangan dengan baik dan benar? Bagaimana cara interaksi gw dengan lingkungan sekitar? Ternyata pertanyaan itu amat sangat sulit gw jawab, karena dari awal gw kerja sampe gw lulus Kuliah 2017 tahun lalu, hal tersulit yg gw hadapi adalah me-manage keuangan, tantangan terbesar hidup di Ibukota adalah soal DUIT. Lo mau haha hihi di Ibukota bareng temen2 lo, harus ngeluarin duit, lo mau ikutan diskusi publik di suatu tempat harus ngeluarin duit buat transportasi nya, lo mau dapetin Ijazah S1 harus keluarin duit, sampe lo mau pacaran jalan berdua sama si doi kudu banget ada duit. Pokok nya hidup di Ibukota itu ga jauh2 dari soal Duit, sbnr nya ga di Ibukota aja sih di seluruh belahan dunia mana pun juga sama pasti apa2 yaa butuh duit, karena konteks nya sekarang gw lagi ngomongin persoalan hidup di Ibukota terkhusus Jakarta, maka dari itu gw bahas nya ke lingkup si Ibukota Jakarta nya aja dulu. Hemmm lalu kalo lo tanya gw ini boros apa gak? Jangan ditanya lagi, kebutuhan gw pasca gw lulus SMA amat sangat banyak, dari mulai biaya untuk makan, biaya tarnsportasi, biaya tagihan Kuliah tiap semseternya, biaya cicilan Motor, biaya beli buku karena Fyi aja kala itu gw mahasiswi Hukum jadi tiap semester nya gw harus beli buku yang di perlukan untuk oprasional kuliah gw, dan tentu nya masih banyak lagi biaya2 yang tak terduga lainnya. Kondisi seperti itu membuat gw harus berpikir mateng2, waktu itu gw cuma takut kalo gw ga punya duit otomatis produktifitas kehidupan gw stuck disitu aja ga bisa ngapa2in, maka nya gw harus kerja biar gw dapet duit, buat nutupin biaya hidup gw yang banyak banget itu. Ternyata gw gagal, iyaaa coy gw pernah ngerasain kegagalan, kenapa gw bs gagal? Dulu semasa gw kuliah gaya hidup gw ga beraturan, alias banyak mau nya. Mau ini mau itu "harus", pokok nya dulu gw hidup penuh ambisi deh yang sampe akhir nya gw mendapatkan berbagai kekecewaan dari mulai terpuruk nya soal keuangan gw, gagal nya perihal love life gw, sampe berujung kesedihan gw tentang story my familly. Semuanya ruwet. Berasa hidup gw jomplang banget *what the Jomplang yas? hemm jomplang is semacam kayak pala di bawah kaki di atas, seperti itu lah gambaran nya*. Dan satu lagi dulu jg hidup gw mau nya enak mulu, foya2 mulu, tiap kali gajian gw pasti jalan kesana kemari entah jalan sama teman ataupun pacar gw. Kerjaan gw di tiap bulan kulineran mulu, gada henti nya, makanya dulu berat badan gw sempet overload sampe 85KG, trus muka gw jerawatan karena gw makan ga di kontrol, apa aja masuk. Dan di perparah lagi dengan hidup gw yang amat sangat konsumtif, sampe nabung aja susah nya minta ampun. Payah deh pokok nya hidup gw kala itu. Di tambah lagi gw harus mampu bersosialiasi di tengah hiruk pikuk nya kehidupan Ibukota, yang bisa di katakan bergaul dengan kaum Metropolis, yang hidup nya kebanyakan haha hihi di cafe2 sambil bersosialita. Ya begitulah gambaran hidup di Ibukota, boros, gengsian, dan sosial hidup yang amat sangat tinggi.

      Lantas bagaimana cara gw mengatasi dan merubah pola hidup gw yang tadi nya konsumtif,sekarang gw jadi lebih kaya mikir2 lagi buat ngeluarin duit serebu perak seklaipun. Kejadian nya tepat di bulan Mei 2017, ada kejadian aneh yang gw dapet kala itu. Iya aneh seaneh2 nya hidup. Tentang love life gw, orang yang katanya ngaku sayang sama gw ternayata dia selingkuh, gw mengalami kekecewaan yang bener2 ga gw duga sebelum nya, yang gw pikir dia bakalan jadi super hero yang someday bakalan nolongin gw di kala keadaan gw sesulit apapun,ternyata doi lebih memilih pergi ninggalin gw. Yaps lagi-lagi gw bahas itu lagi, klo lo mikir hidup gw berputar disitu2 aja masalah nya, salah besar. Justru gw menanggap musibah "perselingkuhan" yang terjadi tersebut adalah awal dari perubahan hidup gw, banyak banget perubahan hidup yg gw alami. 360drajat hidup gw berubah total. Yang tadi nya gw menganggap hidup ini tuh cuma sekedar mengejar hal duniawi dengan penuh ambisi, sekarang gw menjadikan hidup ini sebagai teman. Gw udah capek hidup bermusuhan dengan diri sendiri, yang ujung nya di depan sana banyak hal yang ngebuat gw kecewa, karena gw banyak berharap sama manusia. Gw mencoba untuk selalu realistis, misal apa yang gw miliki hilang yaudah ikhlasin toh gw percaya Allah bakaln kembalikan lagi yang lebih baik. Dan jika gw mendapatkan hal apapun yang bentuk nya sebuah kenikmatan/rezeki sekecil apapun itu gw harus syukuri,  karena dengan banyak bersyukur ngebuat hidup gw jadi selow2 aja, tanpa harus ngerasa resah atau takut lagi kalo gw tiba2 jatoh kismin a.k.a ga punya duit sama sekali.

        Modal hidup di Ibukota Jakarta itu ga cuma modal Duit doang coy tapi gengsi pun juga harus di perkecil, dan ga lupa gaya hidup harus di sederhanakan. Kalo lo selalu harus ngikutin trend gaya hidup masa kini dengan pola konsumtif lo yang masih mendarah daging, gw pikir lo bakal gagal bertahan hidup di Ibukota Jakarta, di jamin hidup lo akan terseok2 kaya suster ngesot yang lagi jalan di lantai. Ah iya, untuk permasalahan suport sosial system, kalo lo ngerasa kekurangan suport sosial system dari orang-orang sekitar, lo ga perlu khawatir. Tanpa lo sadari sebenar nya suport sosial system itu udah ada di dalam diri lo sendiri, lo di kasih mata sama Allah ya di gunakan untuk melek dan melihat agar aktifitas lo ga terhambat. Lo di kasih otak sama Allah ya digunakan buat mikir, mikir gimana caranya lo bisa merubah hidup lo jadi lebih baik, jangan sampe otak lo di buat mikir buat hal-hal yang gada gunanya, contoh lo berpikir jika lo kekurangan suport sosial sistem lo malah berkeinginan untuk memanfaatkan orang-orang yang cukup di nilai bisa nolong lo, salah kaprah klo lo mikir begitu. Ga semua orang akan mampu bertahan untuk terus terusan nolong lo, suatu saat entah kapan pun itu gw yakin orang tersebut yang udah nolong lo akan jengah, karena menganggap diri lo kurang mampu untuk bisa nolong diri sendiri. Intinya, segala macam suport sosial system sebenarnya udah hadir dalam diri kita, tapi giamana cara diri kita aja yang aplikasiin. Kalo niat lo udah buruk, segala hal yang negative pasti akan terus menerus menghampiri lo, bahkan bisa jadi datang sebagai mimpi buruk lo di kehidupan berikutnya. Maka berbaiklah pada orang lain, jangan memanfaatkan keadaan.

    Oke segitu dulu gw story telling terkait cara gw bertahan hidup di Ibukota, nanti bakalan gw lanjutin lagi di part II nya ya. Stay tune terus, karena masih banyak lagi hal yang mau gw ceritain terkait hidup di Ibukota, dari mulai ketimpangan struktural sosial nya sampe penyimpangan yang terjadi. Akhir kata, wassalamualaikum wr.wb.




Halo, gw Restu Ayuningtias biasa di panggil Ayas. 24th gw hidup di Ibukota Jakarta. Gw udah lulus kuliah btw, Bachelor of Law at Pamulang University 2017.

I love art, travel, good food and all the positive things in life. 
Di blog ini gw bakalan cerita tentang keseharian gw, pengalaman hidup gw, atau hal2 yang menurut gw random. Genre tulisan di blog gw ini ga nentu, kadang gw bisa nulis bercerita tentang kehidupan yang menye2, atau bisa jd bercerita tentang keseriusan hidup, sampe tulisan yang berterori pun inshaAllah gw tulis dan ceritakan disini. Intinya gw ingin mengekolaborasi tulisan gw melalui pemikiran dan imajinasi serta literasi yang gw miliki. Ok selamat membaca guys.

The post will be written in Bahasa maybe English

|CONTACT ME|

Instagram: @aystias
Twitter: @ayyastias