Ibu Indonesia
Aku tak tau syariat Islam
Yang ku tau sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Aku tak tau syariat Islam
Yang ku tau sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Fenomena Hate Speech kembali muncul. Dan sepertinya akan tetap muncul seiring berjalannya kecanggihan teknologi di masa Modern saat ini. Hate Speech? Dimana hujan kebencian bertebar di media sosial, dimana kritik yang membangun di salah artikan oleh pihak terntentu, dimana Anak Bangsa ingin memberi penilaian tentang Identitas Bangsa melalui karya puisi nya namun di beri stigma negative oleh bangsa nya sendiri, bahkan dimana Identitas Bangsa di nilai tidak ada artinya lagi sampe di kesampingkan oleh segelintir aktor di belakangnya. Hate Speech? Take in law with own hands, ini udah bener-bener di luar ketentuan norma-norma Hukum yang berlaku. Why? Karena ini menimbulkan kecemasan hingga Indonesia ga lagi beragam satu sama lainnya. Akibat Hate Speech jadi angry, kalo ga sependapat sama kritik atau komentar orang lain maka pilihannya cuma lawan atau jadi kawan. Semua nya dikaitkan dengan sentimen agama, sebagai cara untuk memenangkan posisi itu mentah se-mentah2nya. Apa lagi upaya untuk memabangun jemabatan antar elemen jadi mentah karena mesin politik. Hate Speech? gw selalu merenung, kenapa lo selalu bikin kacau balau bangsa gw oh "Hate Speech" . Kenapa lo ga bisa nerima bahwa kita ini Indonesia, banyak ragam suku budaya dan agama. Kenapa?
Berawal dari kegerahan gw tentang komentar Hate Speech di kalangan netizen Indonesia yang sedang memperdebatkan puisi anak bangsa, yang menurut gw puisi tersebut makna nya ga ada sama sekali melecehkan Agama gw yaitu 'Islam'. Tapi, bagi gw puisi tersebut adalah menggambarkan tentang Identitas diri bangsa Indonesia. Indonesia bukan Negara Islam coy, tapi masyarakat Indonesia mayoritas adalah pemeluk Agama Islam. Lantas apakah lo tidak menyadari bahwa masih ada masyarakat Minoritas, yang "masih" menjadi bagian dari Indonesia. Kita menuding bahwa puisi tersebut melecehkan Agama Islam, tapi pernah terbesit ga sih kita ini lahir di bumi bagian mana? Iya kita lahir di bumi pertiwi Indonesia. Dimana beragam macam culture itu ada. Konsukensi nya, ya lo harus menerima segala macam perbedaan tersebut.
Mungkin udah jadi natural nya manusia, untuk melebelkan dirinya adalah sebagai makhluk sosial yang bisa selalu berinterkasi kapan pun di manapun dia berada. Tapi banyak yang salah mengartikan arti dari "Makhluk sosial" itu sendiri. Gw paham, di Negeri kita ini kebebasan berpendapat di perbolehkan, lo mau memberi kritik di bolehin, lo mau berorasi di izinin. Tapi why? Why? Hal yang sifat nya menebar kebencian di jadikan bahan yang sifatnya asik untuk di perbincangkan atau di debatkan. Kita semua udah paham bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya, dari mulai suku, ras, bahasa, bahkan Agama. Sering kali gw takjub dengan kebebasan yang sekarang kita miliki. Kita bebas sekali bicara apa aja yang kita mau tanpa harus mengkaji kalimatnya terlebih dahulu. Kita bebas bagaimana mau mengekspresikan kesetujuan maupun ketidaksetujuan kita terhadap sesuatu. Kita bebas bagaimana mau mengkritik seseorang atau sesuatu. Mungkin karena dengan peracaya diri nya kita beranggapan semua itu ga akan ada konsekuensinya kelak. Padahal sebagai manusia beragama, konsekuensi bertutur kata buruk itu sudah jelas. Tapi mungkin karena Tuhan itu ga keliatan kali ya, Jadi kita ga setakut itu dengan konsekuensi yang udah Tuhan janjikan.
Common coy, masih banyak hal yang harus kita ubah di banding harus saling tuding menduing di sosial media yang akhirnya membuat perpecahan dan saling gontok-gontokan. Masih banyak PEER kita sebagai anak bangsa untuk saling gotong royong, biar negara kita itu ga jadi kacau balau.
Wahai para Hate Speech bisa kah kita semua ini saling berdamai. Kenapa kita ga melakukan hal yang positif aja gitu, misal sama-sama yuk kita memerangi korupsi. Berkaca pada kasus Novel Baswedan, yang sampe saat ini kasus nya belom juga menemukan titik terang. Apa hal tersebut ga buat geram dan gerah? Seolah negara acuh tak acuh dalam penegakan Hukum. Seolah kebenaran menjadi sesuatu yg amat sangat mahal terjadi. Padahal kita tau semua janji-janji presiden yg tertulis di nawacita nya, sampe detik ini tidak ada 1 pun yg tercapai atau terwujud terkhusus untuk pelanggaran HAM masa lalu. Atau misal lagi kita bergerak sama-sama untuk mengkritisi tentang hak-hak perempuan yg terabaikan. Atau lagi boleh lah kalian sekali-kali ikutan aksi kamisan yg berada di depan Istana di setiap hari Kamis, dimana keluarga para pelanggaran masa lalu masih berusaha keras agar hak-hak/tuntutan2an mereka kepada negara tentang kasus pelanggaran masa lalu yg meninpa meraka/sebagian keluarga nya di dengar oleh pemerintah. Mungkin hati kalian bisa tersadar, bahwa masih banyak hal yg ber-faedah yg bisa kita lakukan bersama-sama untuk Indonesia lebig baik tentu nya.
Jika memang lo lo pada mengeluh dan susah untuk menangkap informasi terkait issue Hukum, HAM, Korupsi ataupun Politik di Indonesia saat ini. Setidaknya jangan kasih ruang untuk asik melakukan hal yg buruk dengan cara menebar berita2 sampah di kolom sosial media yg pada akhir nya ngebuat semua orang berapi2 untik saling bermusuhan dan menjatuhkan.
Ya gw paham, latar belakang setiap orang beda-beda. Ga semua nya tau soal Hukum, ga semua nya mau bahas soal pelanggaran HAM atau ga semua nya pengen tau 'korupsi itu apa sih?' GA SEMUANYA, yes i know. sebenernya mengetahui hal-hal tersebut ga harus lo tau aturan norma hukum bagaimana, ga harus lo menajdi aktivis pejuang ham, ataupun pegiat anti korupsi. Ga harus coy! Tp jadilah manusia yg bisa memberi dampak positif di lingkungan sekitar lo, itu bagi gw udah mendapatkan 1 point bahwa diri lo berguna. Jangan tiba-tiba ada issue anget muncul di timeline, abis itu lo baca caption nya dan lo langsung berapi-api, kemudian jari-jari lo mulai bergerak untuk mengisi ruang kolom komentar yg kebanyakan komentar nya sampah semua, trus lo juga ikutan coment yg isi nya juga sampah alias Hate Speech. Jangan! Jangan seperti itu.
Gw punya kutipan yg bagus banget buat kalian baca. Kutipan ini gw ambil dari blog nya mas Reza A.A Wattimena, seoarang akademisi lulusan Filsafat Jerman.
"Berbagai masalah muncul, karena orang mempercayai pikiran dan emosi yang mereka rasakan. Mereka mengira, itu semua adalah kebenaran. Padahal, keduanya adalah tanpa inti dan tanpa esensi. Bentuk dasar dari keduanya adalah kosong dan ilusif.
Jika orang paham, bahwa pikiran dan emosinya adalah ilusi, maka masalah tidak lagi menjadi berat. Penderitaan yang dirasakan juga tidak lagi menjadi berat dan panjang. Semuanya hanya akan menjadi tamu yang numpang lewat, dan akan segera pergi. Hidup pun akan jauh dari penderitaan batin yang tak perlu."
Untuk baca lebih lanjut sila cek link berikut:
Tentang Ego yang tak (Pernah) ada.
Gw juga selipkan video anak bangsa, dari Gita Savitri Devi. Seorang Youtuber, yang saat ini sedang studi di Jerman.
Menjadi Indonesia
Berawal dari kegerahan gw tentang komentar Hate Speech di kalangan netizen Indonesia yang sedang memperdebatkan puisi anak bangsa, yang menurut gw puisi tersebut makna nya ga ada sama sekali melecehkan Agama gw yaitu 'Islam'. Tapi, bagi gw puisi tersebut adalah menggambarkan tentang Identitas diri bangsa Indonesia. Indonesia bukan Negara Islam coy, tapi masyarakat Indonesia mayoritas adalah pemeluk Agama Islam. Lantas apakah lo tidak menyadari bahwa masih ada masyarakat Minoritas, yang "masih" menjadi bagian dari Indonesia. Kita menuding bahwa puisi tersebut melecehkan Agama Islam, tapi pernah terbesit ga sih kita ini lahir di bumi bagian mana? Iya kita lahir di bumi pertiwi Indonesia. Dimana beragam macam culture itu ada. Konsukensi nya, ya lo harus menerima segala macam perbedaan tersebut.
Mungkin udah jadi natural nya manusia, untuk melebelkan dirinya adalah sebagai makhluk sosial yang bisa selalu berinterkasi kapan pun di manapun dia berada. Tapi banyak yang salah mengartikan arti dari "Makhluk sosial" itu sendiri. Gw paham, di Negeri kita ini kebebasan berpendapat di perbolehkan, lo mau memberi kritik di bolehin, lo mau berorasi di izinin. Tapi why? Why? Hal yang sifat nya menebar kebencian di jadikan bahan yang sifatnya asik untuk di perbincangkan atau di debatkan. Kita semua udah paham bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya, dari mulai suku, ras, bahasa, bahkan Agama. Sering kali gw takjub dengan kebebasan yang sekarang kita miliki. Kita bebas sekali bicara apa aja yang kita mau tanpa harus mengkaji kalimatnya terlebih dahulu. Kita bebas bagaimana mau mengekspresikan kesetujuan maupun ketidaksetujuan kita terhadap sesuatu. Kita bebas bagaimana mau mengkritik seseorang atau sesuatu. Mungkin karena dengan peracaya diri nya kita beranggapan semua itu ga akan ada konsekuensinya kelak. Padahal sebagai manusia beragama, konsekuensi bertutur kata buruk itu sudah jelas. Tapi mungkin karena Tuhan itu ga keliatan kali ya, Jadi kita ga setakut itu dengan konsekuensi yang udah Tuhan janjikan.
Common coy, masih banyak hal yang harus kita ubah di banding harus saling tuding menduing di sosial media yang akhirnya membuat perpecahan dan saling gontok-gontokan. Masih banyak PEER kita sebagai anak bangsa untuk saling gotong royong, biar negara kita itu ga jadi kacau balau.
Wahai para Hate Speech bisa kah kita semua ini saling berdamai. Kenapa kita ga melakukan hal yang positif aja gitu, misal sama-sama yuk kita memerangi korupsi. Berkaca pada kasus Novel Baswedan, yang sampe saat ini kasus nya belom juga menemukan titik terang. Apa hal tersebut ga buat geram dan gerah? Seolah negara acuh tak acuh dalam penegakan Hukum. Seolah kebenaran menjadi sesuatu yg amat sangat mahal terjadi. Padahal kita tau semua janji-janji presiden yg tertulis di nawacita nya, sampe detik ini tidak ada 1 pun yg tercapai atau terwujud terkhusus untuk pelanggaran HAM masa lalu. Atau misal lagi kita bergerak sama-sama untuk mengkritisi tentang hak-hak perempuan yg terabaikan. Atau lagi boleh lah kalian sekali-kali ikutan aksi kamisan yg berada di depan Istana di setiap hari Kamis, dimana keluarga para pelanggaran masa lalu masih berusaha keras agar hak-hak/tuntutan2an mereka kepada negara tentang kasus pelanggaran masa lalu yg meninpa meraka/sebagian keluarga nya di dengar oleh pemerintah. Mungkin hati kalian bisa tersadar, bahwa masih banyak hal yg ber-faedah yg bisa kita lakukan bersama-sama untuk Indonesia lebig baik tentu nya.
Jika memang lo lo pada mengeluh dan susah untuk menangkap informasi terkait issue Hukum, HAM, Korupsi ataupun Politik di Indonesia saat ini. Setidaknya jangan kasih ruang untuk asik melakukan hal yg buruk dengan cara menebar berita2 sampah di kolom sosial media yg pada akhir nya ngebuat semua orang berapi2 untik saling bermusuhan dan menjatuhkan.
Ya gw paham, latar belakang setiap orang beda-beda. Ga semua nya tau soal Hukum, ga semua nya mau bahas soal pelanggaran HAM atau ga semua nya pengen tau 'korupsi itu apa sih?' GA SEMUANYA, yes i know. sebenernya mengetahui hal-hal tersebut ga harus lo tau aturan norma hukum bagaimana, ga harus lo menajdi aktivis pejuang ham, ataupun pegiat anti korupsi. Ga harus coy! Tp jadilah manusia yg bisa memberi dampak positif di lingkungan sekitar lo, itu bagi gw udah mendapatkan 1 point bahwa diri lo berguna. Jangan tiba-tiba ada issue anget muncul di timeline, abis itu lo baca caption nya dan lo langsung berapi-api, kemudian jari-jari lo mulai bergerak untuk mengisi ruang kolom komentar yg kebanyakan komentar nya sampah semua, trus lo juga ikutan coment yg isi nya juga sampah alias Hate Speech. Jangan! Jangan seperti itu.
Gw punya kutipan yg bagus banget buat kalian baca. Kutipan ini gw ambil dari blog nya mas Reza A.A Wattimena, seoarang akademisi lulusan Filsafat Jerman.
"Berbagai masalah muncul, karena orang mempercayai pikiran dan emosi yang mereka rasakan. Mereka mengira, itu semua adalah kebenaran. Padahal, keduanya adalah tanpa inti dan tanpa esensi. Bentuk dasar dari keduanya adalah kosong dan ilusif.
Jika orang paham, bahwa pikiran dan emosinya adalah ilusi, maka masalah tidak lagi menjadi berat. Penderitaan yang dirasakan juga tidak lagi menjadi berat dan panjang. Semuanya hanya akan menjadi tamu yang numpang lewat, dan akan segera pergi. Hidup pun akan jauh dari penderitaan batin yang tak perlu."
Untuk baca lebih lanjut sila cek link berikut:
Tentang Ego yang tak (Pernah) ada.
Gw juga selipkan video anak bangsa, dari Gita Savitri Devi. Seorang Youtuber, yang saat ini sedang studi di Jerman.
Menjadi Indonesia