Makna puasa di bulan Ramadan #RamadanTalk - Eps 2

Seperti biasa pagi ini gw menjalani rutinitas untuk bekerja, cari duit untuk keperluan hidup. Di hari ke-dua puasa ini ada sedikit hambatan, iya hari ini gw kurang mengontrol emosi gw terkait klien gw yang complain. Kesabaran benar-benar di uji banget soal kerjaan, belum lagi kerjaan di luar sana juga menanti. Tapi aneh nya gw emosi tapi ga banyak ngeluh dari sebelum-sebelumnya, hemm gw adalah type manusia kalo di bentak sama orang bukan nya sabar justru akan naik pitam. Seperti ada perbedaan efek pencerahan yang hadir ketika mengontrol emosi di bulan Ramadan dengan di bulan biasa. Masalah hadir bukan hanya persoalan pekerjaan aja, namun komentar-komentar dari orang-orang sekitar mulai bermunculan. Tiba-tiba yang di bulan biasa mereka semua adalah orang yang paling tidak peduli dengan etika, di bulan Ramadan ini mereka langsung bijak untuk saling mengingatkan yang baik-baik. 

Contoh hari kemarin: Hari pertama buka puasa, gw melaksanakannya di office, keadaan waktu itu masih ada beberapa kerjaan yang harus gw selesaikan. Tanda adzan Magrib pun berkumandang, gw pun bergegas untuk batalin puasa dengan memakan kolak yang udah di sediakan dari pihak office. Poisi makan kolak gw adalah sambil berdiri, tiba-tiba gw di tegur sama salah satu teman kantor gw *cowok* "Yas, makan nya sambil duduk yah ga baik anak perempuan makan sambil berdiri" Gw sepintas kaget aja, dan ngerasa aneh sama orang-orang di sekeliling gw ini. Ga biasanya mereka bersikap sebijak itu dan mau mengingatkan hal yang baik. Tapi yang jadi pertanyaan di benak gw adalah kenapa manusia-manusia seperti ini melakukan hal yang baik hanya di bulan suci Ramadan saja? Kenapa di bulan biasa mereka justru memperlihatkan sikap apatis nya kepada lingkungan sekitar mereka? *pertanyaan tersebut juga gw tujukan untuk diri gw sendiri, karena gw pun juga ngerasa ketika di bulan suci Ramadan ini sikap gw berubah total, jadi lebih ke arah menginginkan sesuatu hal yang baik mulu* dan ujung nya gw pun bertanya sama diri sendiri.

Sebenar nya makna di balik dari kita "ber-puasa" ini apa sih? Menahan hawa napsu saja kah? Menahan lapar dan dahaga kah? Atau memang di bulan penuh berkah ini, sudah di seat kontrol emotional kita bahwa bulan ini yaa bulan untuk ajang perlombaan untuk melakukan segala kebaikan? 

Dan seperti biasa pagi ini, gw selalu buka situs web nya Indoprogress. Pas banget ada salah satu artikel membahas tentang pertanyaan yang gw tanyakan di atas tadi, iyaps! persoalan makna di balik "ber-puasa". Dari judul artikel nya saja sudah menarik banget yaitu "Apakah puasa mencegah kita dari berbuat kerusakan di muka bumi" dan ternyata isi artikel nya pun juga membuat gw terkesan setelah membaca nya. Jadi si penulis ini memberi gambaran terakait makna di balik berpuasa, fungsinya itu untuk perubahan diri sendiri *perubahan yang di maksud adalah, perubahan dari sikap, moral dan ketaqwaan* atau untuk perubahan sosial *perubahan untuk banyak orang atau perubahan secara global*. Di tulisan tersebut juga menjelaskan bahwa ber-puasa itu adalah menahan diri untuk memahami realitas sosial yang lebih kompleks dan mengerikan. Dan puasa menyemangati gerakan sosial yang menginginkan perubahan itu dengan semangat "menahan hawa nafsu".

Gw ambil contoh nya seperti ini. Pernah ga sih lo mikir, kita berpuasa hanya untuk menahan lapar. Tapi setelah kita berbuka puasa, nasi yang kita makan itu adalah hasil dari kerja para petani yang bermandi keringat menanam padi untuk kita bertahan hidup? Namun sangat di sayangkan, realitas yang terjadi saat ini kita menyaksikan beberapa petani di berbagai daerah kehilangan lahan nya untuk menanam padi. Yaa kita ambil contoh lahan nya di jadikan lahan pabrik semen oleh kaum kapitalism. Padahal puasa itu mengajarkan kita bahwa apa yang kita makan tidak kita peroleh sekedar dari kerja yang kita lakukan di kota-kota besar, melainkan juga dari proses produksi dari para petani, atau buruh-buruh yang bekerja di pabrik makanan ringan. Berati ga salah juga dong kalo gw menilai buruh dan tani adalah "sang maha pencipta"?

Gw ambil contoh lainnya lagi deh, ber-puasa karena menahan dahaga. Lo semua pada tau lah kalo Air itu adalah sumber daya alam yang paling vital banget di muka bumi ini, tanpa air nasi dan sayuran  yang kita makan mungkin ga akan bisa nyampe ke perut kita yang kelaperan ini. Yaiylah! Tanpa air sayuran dan padi ga akan bisa panen yang ada gagal panen alias kekeringan. Namun, belakangan ini, juga banyak industri yang tidak memperhatikan dampak lingkungan, membuang limbah atau menghasilkan polusi, yang mengakibatkan banyak kerusakan lingkungan. Efeknya berlangsung secara global. Ah iya, 1 lagi permasalahan tentang air yaitu privatisasi membuart perusahaan-perusahaan air minum berlomba untuk menjual air bersih di saat negara kemudian gagal memberikan air minum yang berkualitas bagi warganya.

Nah dari contoh-contoh yang gw ambil di atas, bisa di tarik kesimpulan bahwa ber-puasa itu bukan cuma persoalan nahan perut laper sama nahan aus. Tapi di balik itu semua kita di tuntut buat berpikir, bahwa puasa itu adalah semangat untuk melawan ketidak adilan yang dirasakan oleh kaum rentan atau kaum masayarakat miskin. Jika di lihat dalam konteks kekuasaan, puasa berati pembebasan dari penindasan kepada orang lain atau dengan kata lain penindasan dari mereka yang berpunya kepada mereka yang tidak berpunya melalui sistem sosial yang dominan.

Itulah sebabnya, di akhir bulan Ramadan, kita di ajarkan untuk membayar zakat fitrah untuk mendistribusikan ekonomi secara adil. Agar puasa kita benar-benar bermakna secara sosial, bukan hanya menahan lapar, dahaga, dan syahwat secara sosial.