"kami sudah lelah dengan kekerasan..." - Munir
Tebak gw lagi dimana? Iyaps! Gw sekarang lagi duduk-duduk di bandara International Adisucipto - Yogyakarta, nungguin takeoff pesawat sekitar jam 21:05 untuk menuju pulang ke Jakarta. Seharian ini gw full time temenin rekan gw, ngedampingin klien nya atas kasus penggusuran tanah di daerah kulon progo. Btw, gw PP alias pulang-pergi jadi mata sebenar nya saat ini udah setengah terlelap, namun karena hari ini banyak hal yang gw pikirkan di pala gw so, harus cepat-cepat gw tuangkan ke dalam tulisan atas pemikiran-pemikiran yang saat ini udah melayang-layang di otak gw. Sebenar nya gw pengen mengawali cerita tentang perjalanan pulang pergi gw hari ini dari Jakarta ke Jogja tuh ngapain aja. Namun karena hari ini ada kejadian yang bener-bener bikin gw resah dan cemas, yang negbuat gw seperti nya harus keluarin uneg-uneg tersebut sekarang banget, supaya ga jadi sampah di pala gw.
13 Mei 2018, kejadian pengeboman terjadi di Surabaya. Tepat nya di 3 titik sebuah tempat Ibadah, yaitu Greja Santa Maria Tak Bercela, Greja Kristen Indonesia (GKI), dan Greja Pantekosta. Yang gw baca dari berbagai macam Artikel pelaku nya itu rata-rata perempuan dan ada yang berusia 18tahun serta membawa anak nya untuk di ikut sertakan dalam tindakan pembunuhan bunuh diri, yang mengakibatkan banyak korban kehilangan nyawa nya. Seharian ini isi akun sosial media dari mulai Twitter dan Instagram ga jauh2 dari hastag "Pray For Surabaya", ini ngebuat hati gw miris liat nya. Sebelum nya tindakan pengeboman sudah terjadi di makobrimob Depok, yang menewasakan anggota satuan polisi. Dimana setelah kejadian tersebut ada seorang Istri dari korban, yang tengah hamil Tua, dan sangat di sayangkan ketika anak nya lahir ke dunia, anak tersebut sudah tidak mengenal bapaknya. Hati gw pun bergejolak banget, melihat fenomena kemanusiaan yang bengis terjadi!
Ga sampe disitu, cuitan berbagai komentar pun hadir silih berganti, dari mulai yang beropini, memberikan pandangan tentang di balik pengeboman yang terjadi, sampai memberikan sebuah penyataan sikap hemm lebih tepat nya advokasi perihal kejadian tersebut. Gw amat sangat salut, dan memberikan apresiasi karena tanda nya masyarakat Indonesia sudah melek akan situasi kemanusiaan di tanah Indonesia ini. Namun ada yang bikin gw anoyed di salah satu akun yang diri nya adalah Wakil Rakyat, dia beropini di akun twitter nya namun otak nya ga di pake gw rasa. Mencampur adukan urusan kemanusiaan dengan orasi politik nya. Gw rasa tangan nya dia lagi kecabean, sampe bisa-bisa nya dia ngetik, share yang opini nya memberi penilaian sepihak. Ckck.
Belom lagi persoalan antara mayoritas dan minoritas. Kita tahu bahwa tiap kali ada kejaidan bom, pasti di sangkut pautkan dengan issue Agama. Terutama Agama Islam. Why????? Why you bawa-bawa agama dalam ranah kemanusiaan??? Ngebahas soal kemanusiaan itu bukan persoalaan agama coy. Orang yang ngebom dan udah ngebunuh banyak manusia, gw pikir landasan nya pun bukan Agama. Tapi soal hati dan moral. Terrorism terjadi bukan karena utusan dari Agama nya, tapi kemungkinan terorism terjadi karena beberaoa faktor. Misal dari faktor Ekonomi, mungkin aja pelaku teror bom tersebut keluarga nya lagi kesusahan, terus di hasut lah oleh para aktor di balik pengemboman, kalo dia mau jadi tumbal nya, keluarga yang masih hidup bakalan di beri kelayakan untuk hidup dari segi materi. Atau faktor lainnya dari sisi psikologis nya, mungkin aja dia orang Gila yang kurang waras atau orang yang lagi depersi, sampe ga paham apa yang udah di perbuatnya akan berdampak tentang hilang nya nyawa manuisa yang tak berdosa. So, please jangan bawa-bawa Terrorism adalah bentuk nyata dari jihad nya agama, terutama Agama Islam. Ini semua cuma persoalan pandangan aja kok. Bangsa kita ini lagi di uji sama Tuhan, sejauh mana kita sadar akan tolernasi keberagaman yang hadir di tengah-tengah masyarakat pluralisme. Jangan sampe karena persoalan beda pandangan, beda agama, beda suku, beda ras kita semua ke pecah belah dan asling tuduh menuduh. Jangan sampe! Lo mau tau yang bakalan seneng siapee? Noh rezim yang dulu pernah berkuasa atau yang lagi berkuasa sekarang! Mereka-mereka semua demen, liat masyarakat nya ke pecah belah. Untuk mempertahankan bentuk kekuasaan yang ada.
Untuk persoalan Hukum terorisme yang berlaku di Indonesia. Banyak cuitan di twitter yang gw liat koar-koar soal Fungsi Hukum di Indonesia. Mereka menanyakan dan memperdebatkan soal "Hukum Indonesia yang bobrok" kemanee aja lo pada semua nya????? Hari gini lo baru debatin hal tersebut. Sebelum ada nya kasus bom sana sini, beberapa banyak orang di luar sana yang sudah menyuarakan persoalan bobrok nya Hukum di Indonesia terurama RKUHP yang ngawur. Trus tiba-tiba lo pada minta pengesehan RUU anti teroris dan minta juga di terbitkan nya perpu anti teroris. Peftttt suka aneh sama manusia terkhusuz masyarakat Indonesia. Terkait penjelasan tersebut gw bakal kutip dari cuitan twitter nya @mikoginting beliau adalah Akademisi sekaligus peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).
"Sekarang penanganan dan pencegahan harus prioritas. Tidak perlu ujug-ujug dorong RUU. Kita masih punya UU Terorisme sampai sekarang kok. Itu cukup dan masalah ini solusinya bukan RUU. Dan mereka yang dorong2 RUU Anti Terorisme cepat diselesaikan. Perppu Anti Terorisme cepat diterbitkan. Hanya untuk framing oposisi Jokowi yang tidak setuju dgn beberapa konten di dalamnya. Itu jahat. Stop dulu "perang-perangan" antar kalian. Memuakkan. Kita menghadapi persoalan besar. Kita semua. Dan, kalian masih sibuk saling framing. Lebih menyedihkan, bawa-bawa RUU atau Perppu Anti Terorisme. Kasih sedikit saja empati kalian kepada korban. Caranya? Stop giring-giring isu ini. Hanya untuk mendukung masing-masing posisi politik kalian. Menolak RUU Anti Terorisme atau Perppu Anti Terorisme tidak sama dengan mendukung terorisme. Kenapa tidak mendorong koreksi terhadap institusi intelijen dan penegak hukum? Kenapa? Jangan latah dorong-dorong RUU atau Perppu Anti Terorisme. Saya tahu kita marah. Saya juga. Tapi itu ibarat sedang sakit gigi dikasi obat masuk angin. Sekarang fokus pada penanganan korban. Cegah supaya tak terulang. Koreksi institusi intelijen dan penegak hukum. Stop menganggap solusinya: RUU atau Perppu Anti Terorisme. Sampai sekarang RUU Terorisme itu mandeg krn perdebatan sengit. Soal definisi terorisme. Soal penempatan seseorang tanpa akses komunikasi. Dan masih banyak lagi. Untuk apa diperdebatkan? Untuk menjaga supaya penindakan terorisme tegas dan efektif. Bersamaan dengan itu menjaga agar tidak abuse. Dengan mendorong RUU Terorisme cepat-cepat disahkan, maka kemungkinan ketentuan bermasalah itu lewat akan terbuka lebar. Tenang, fokus, itu kuncinya. Engga mudah memang menyeimbangkan bandul itu. Dan pembahasan RUU ini lebih demokratis dibanding Perppu. Melalui Perppu, ketentuan2 yg kontroversial ditentukan sepihak oleh Presiden. Tidak diperbincangkan secara terbuka. Namun, di dua soal produk hukum itu, baik RUU maupun Perppu, bukan solusi. Kita masih punya UU Terorisme yg sebelumnya juga dibuat melalui Perppu (merespons Bom Bali, dll). Dan bukan berarti menolak RUU atau Perppu Anti Terorisme sama dengan mendukung tindakan terorisme. Priotitas saat ini: perkecil kemungkinan kejadian ini terulang. Kejar pelaku dan mastermind. Koreksi intelijen dan penegak hukum. Ketiga itu ga perlu menunggu RUU atau Perppu."
Persoalan terorisme sudah negbuat semua nya berantakan. Dari mulai memudarnya rasa toleransi antar sesama, ketidak percayaan masyarakat atas tindakan pemerintah yang masih sangat pasif, hingga persoalan gejolak saling membenarkan opini di lingkup sosial media, yang pinter makin pinter pelintir kata2 di sosial media. Yang bego pun makin dungu untuk saling menyebarkan berita yang tidak benar. Oh god! Keruwetan ini ngebuat gw semakin cemas akan beradaban mansuia di era digitalisasi sekarang. Common coy, negara kita ini sedang di hadapkan dengan musuh yang paling membahayakan, yaitu teror. Terorisme itu 'kelakuan' manusia yang paling biadab, ya kenapa gw bilang 'kelakuan' paling biadab? Karena mereka bukan cuma ngebunuh korban-korban yang tergeletak di lokasi pengeboman, tapi mereka secara ga langsung udah ngebunuh karakter asli bangsa Indonesia. Terrorism has no religion. don't let fear misguided us. with love we overcome our difference. love your neighbor as yourself. compete with each other in doing good. Sekali lagi, Please remember Terrorism has no religion!
Kalo kata Rocky Gerung:
1.Teror itu kejahatan. Tak perlu stigma agama.
2.Aktifkan kesederajatan warga. Tak perlu pamer kuasa.
3.Hidupkan kultur kritik. Tak perlu klaim prestasi.
1.Teror itu kejahatan. Tak perlu stigma agama.
2.Aktifkan kesederajatan warga. Tak perlu pamer kuasa.
3.Hidupkan kultur kritik. Tak perlu klaim prestasi.
Nb: maaf banget kalo tulisan gw banyak typo nya. Gw nulis lagi di Bandara, pake smart phone ga pake labtop. Agak ribet kalo keluarin labtop dari tas. Di mohon pengertian nya. Sampe jumpa di tulisan gw selanjutnya!