Selalu bilang engga bisa

Akhir-akhir ini gw lagi banyak merenungnya. Setelah beberapa minggu belakangan ini gw di sibukan dengan kegiatan diskusi publik kesana kemari dan juga melakukan kegiatan Les di institue bahasa inggris serta les di salah satau Institue bahasa Jerman. Setiap kali gw bertemu dengan orang-orang yang baru, gw selalu di buat takjub. Super gilaak sih, orang-orang yang gw temui memiliki kemampuan berpikir yang encer banget otaknya. Dari mulai kita bahas tentang persoalaan Hukum, Sosial, Politik sampe bahasa yang remeh temeh soal Pernikahan prince Harry, yang sebenernya kurang berfaedeah namun ada aja makna di balik setiap cerita.

Ada yang aneh ketika gw berdialog dengan mereka-mereka yang gw pikir lebih pinter otak nya dari gw. Gw ngerasa lebih lepas banget ketika berdiskusi dengan pengalaman serta pengetahuan yang gw milki, dalam tiap diskusi ga ada yang salah atau benar. Mereka selalu menghargai tentang segala pemikiran gw yang gw keluarin dalam bentuk opini. Begitupun sebaliknya, mereka memberi arahan atau opini terkait diskusi yang sedang kita bahas. Ini kaya suatu hal penacapain tersendiri bagi gw. Karena gw ini adalah seorang Introvert, yaa you know what Introvert itu kurang suka banget untuk bercengkrama di tengah-tengah keramaian manusia. Introvert juga amat sangat tertutup. Bahkan Introvert selalu mengasingkan dirinya, sebab seorang Introvert biasanya selalu memiliki pemikiran yang pragmatis untuk menilai sebuah kehidupan. Iyes! Itu yang gw rasakan dulu, ketika gw menganggap diri gw ini "selalu engga bisa" apapun yang mau gw lakukan pasti gw selalu pesimis di awalnya, padahal gw belum tau kalo gw udah mencoba untuk terjun melakukan hal tersebut gw akan mendapatkan sesuatu kepuasaan tersendiri, meskipun hasil nya gagal.

Memiliki sifat pragmatis bener-bener ngebuat gw selalu salah langkah dan tertinggal jauh dari beberapa orang-orang di depan gw. Gw selalu mengutuk diri gw, bahwa hidup ini hanya untuk memikirkan diri sendiri tanpa perlu memikirkan kepentingan orang banyak. Gw dulu juga selalu menganggap, hidup yaa cuma di isi dengan Kuliah, Kerja, Banyak duit, Setelah itu menikah punya anak dan Bahagia. Gw jadi ketawa sendiri tiap kali gw memikirkan sikap gw yang terlalu praktis banget menanggapi hidup yang penuh lika liku ini. Hahaha lucu yaa.

Namun makin kesini gw semakin paham untuk mengarungi segala problema hidup yang ada. Gw lebih memaknai hal sekecil apapun yang gw dapet, misal gw ini kerja untuk apa? selain mencari duit, gw juga butuh pengalaman dan gw juga ingin menjadi penggerak perubahan di lingkungan sekitar gw. Intinya manfaat yang gw dapet itu bukan cuma untuk diri gw sendiri aja, namun juga berpengaruh untuk orang-orang sekitar.

Emak gw pernah bilang ke gw, "gpp ga punya duit, asal kita selalu bisa beri kebaikan ke pada sesama. dan jangan pernah jadikan diri kita sebagai beban buat orang lain, lebih baik menolong dari pada menajdi beban. dalam keadaan sesulit apapun biasakan untuk bantu orang, ga perlu minta imbalannya, nanti juga paham kebaikan bakalan hadir sendiri dalam hidup" langsung cesspleng otak gw kalo inget kata-kata emak gw.

Dan pada khirnya gw pun memahami prioritas dalam diri gw ini harus di bawa kemana dan harus bagaimana. Gw selalu memberikan apresiasi ke diri gw sendiri, ketika gw mendapakan acchivement sekecil apapun itu. Gw selalu menghargai apa yang selama ini udah gw perjuangin. Dan terakhir gw selalu bilang kepada diri gw sendiri bahwa I can do it, gw berhak mendapatkan hal yang sama seperti mereka-mereka yang hebat dan memiliki otak yang encer namun dengan cara gw sendiri. Gw akan terus berlari mengejar segala ketertinggalan gw, dengan cara baik. Tidak menjatuhkan orang lain yang sama-sama sedang berlari kencang, pun tidak membahayakan diri sendiri ketika ada jurang yang menghampiri. Pokok nya priority self care is never end.

Satu kalimat yang buat selalu gw bersemangat mengarungi gonjang ganjing kehidupan yaitu kalimat dari Tan Malaka:

"Idelisme adalah kemewahan terakhir yang hanya di miliki oleh pemuda"

Indonesia butuh anak muda yang kritis dan mampu menjadi penggerak perubahan. Idealisme anak muda sering kali jadi kunci perubahan di Negeri ini. Meski di tengah tekanan untuk terus berubah untuk mengikuti sistem dan birokrasi, petuah ini mengingatkan kita yang muda bahwa idealisme itu layak di pertahankan.